Minggu, 05 Januari 2014

Seseorang Memanggilku "Riy"

Belakangan, ada-ada saja ihwal yang aku tertarik untuk menuliskannya. Sepertinya musim basah belakangan sedikit banyak telah menumbuhkan kembali canduku untuk menoreh cerita di sini. Seperti sebelumnya, pernah kukatakan "pada saat hujan, ada nyanyian yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang merindu." Lalu, rindu itu akan mengandung dan melahirkan kembali banyak kenangan yang mungkin akan membuatmu geli atau bahkan larut dalam sedu. Dan menulis sedikit banyak juga telah menjadi penawarnya. 

Aku pernah setuju dengan banyak orang yang ingin melupakan kenangannya. Salah satu cara yang kata mereka mustajab adalah dengan tak ingin menceritakannya kembali. Lalu waktu berontak padaku. Tidak lagi aku sepakat dengan itu. Benar kata seorang teman bahwa kenangan tak pernah bersalah. 

Alasan kedua mengapa musim ini kembali terlahir candu, sebab Rinai kerap memenjarakan kita pada sudut ruangan yang akhirnya hanya berteman keyboard. Lalu tak ada lagi lain pilihan jika tidak dengan menarikan jemari padanya. Iya, seperti beberapa tulisan sebelumnya, aku di sana. Kurasa Rinai akan banyak melahirkan penulis amatiran di dunia. Namun setelah amatiran, semesta akan menjadikannya berarti. Semoga.

Beginilah aku pada musim ini. Selagi tak punya kesibukan, sepanjang hari lahap kuhabiskan waktu di depan layar laptopku. Membuka beberapa tab di browserku. Jika tidak membaca blog beberapa rekan, online di sosial media bisa kujadikan penawar kebosanan. Terkadang hanya sekedar mendengarkan musik atau audio pembelajaran bahasa inggris. Aku memang sedang giat untuk beberapa hal, Jika bukan dengan laptop, buku biru bertuliskan "Effortless English" menjadi sahabat setiaku. Dan yang paling ampuh adalah dengan membuat postingan baru. Sesekali kurenggangkan sendi-sendi dengan berjalan keluar kamar dan menyapa penghuni kamar sebelah. Pintu kamarku memang tak pernah tertutup semasa aku di dalam saja. Itu satu cara mengelabui kebosanan. Sebab "sendiri" bisa menjadi musuhku. Kupilih kegiatan-kegiatan ini sebelum akhirnya berkutat dengan tugas akhirku. Ah skripsi, sungguh kau akan melahap rakus waktuku pada masamu. Biarkan aku bersuka dahulu.

Belakangan aku senang membagikan tulisan blogku via facebook ataupun twitter. Sekedar ingin tahu sejauh mana sekarang aku tak malu menyodorkan tulisanku untuk dibaca banyak orang. Walhasil, tak sia-sia aku membagikannya. Dari dashbor blog, kuamati statistik pengunjungnya. Benar saja, aku senang melihat hasilnya. Mereka berkunjung. siapapun mereka, terima kasih yang amat banyak. Terlebih telah membubuhkan komentarnya. Sejauh kuperhatikan, saat ini ada saja yang berkomentar, langsung pada postingan tulisanku, pun beberapa yang berkirim pesan di facebookku. Aku senang jika ada yang mengkritisi, itu berarti akan ada perbaikan setelahnya. 

Suatu malam, aku tertarik dengan komentar seorang rekan melalui pesan di facebookku. Kami memang baru saja berteman lepas TOWR FLP di bantimurung kemarin. Ah, sebetulnya bukan substansi dari komentarnya yang membuatku tertarik untuk menuliskan ini. Hanya sebab ia memanggilku "Riy".
Setelah beberapa kali bertukar kalimat, aku menemukannya menuliskan ini


Aku tersenyum.
Lalu kutanya sebab musabab ia memanggilku "Riy". (Maaf aku enggan menuliskan namanya, Takut ia tak ingin diketahui sesiapa). Lalu dijawabnya seperti ini...


Ada-ada saja. "Riy". Rasanya aku sedang menjadi salah satu tokoh dalam cerpen. Riy memang potongan dari namaku. Kuterima saja. Alasan kedua yang aku tak pernah menyangka, "mungkin ada kaitannya dengan kata Rinai". 

Aku terkekeh dibikinnya. Belakangan aku memang sering bercerita perihal Rinai. Sebab sekarang adalah musimnya. Sejujurnya aku tak begitu menyukai musim basah, cipratan genangan air saat dijejaki menjadi salah satu penyebab. Pakaian basah dan kotor jadinya. Juga tak sedikit orang sering dibuatnya demam. 

Hei, aku akan senang jika sekalian hujan-hujanan saja. Sayang, tak mau aku melakukannya. Malu mengingat usiaku yang bukan lagi tahunan ataupun belasan. Sudah kepala dua. Ah, Lupakan saja perihal itu. Kecuali saat aku tengah keluar, sedang aku tak membawa payung, dan pula tak membawa laptop dan barang-barang yang tak apa jika kena basah. Maka siapa yang berani mengajakku berlomba bermain hujan. 

Tak apa kau memanggilku "Riy", teman. Sebab sudah sangat banyak nama yang disandangkan orang untukku. Biar aku menyebutkan nama-nama yang bisa kuingat saja. Bolla (panggilan guru SMAku), Cu'mili (juga panggilan dari guru SMA dan beberapa temanku, Bebek (teman sekelasku, juga semasa SMA), Cumi (oleh sepupuku), Isma gendut (oleh beberapa teman kuliah), Olla (oleh salah seorang kakak/asisten dosenku), Sembeng, Isem, Adik Ism, Basse, Mbak Semma, Mbak cantik, Isbek, Issembenia, Kakak Bintang, Iis, Iskandar, kakak imma, Ah terlalu banyak untuk aku ingat satu persatu.

Ini aku. "Riy" di musim Rinai. 
Lalu aku akan kau panggil apa jika tidak lagi di musim ini, teman?

4 komentar:

  1. waah..sesuatuu.. ku suka teruss tulisan ta k Isma... :)

    BalasHapus
  2. makasih dek :D
    Bilangki mau makan apa dek? ahahaaaa

    BalasHapus
  3. Heloo Riy, namaku Ahmad. Nama yg hanya satu kata. Hanya satu kata dan tentu tidak melahirkan banyak nama panggilan sepertmu. Ahmad, Mamank, Mad, dan Ceki. Hanya itu.

    Oh, iyya. saat musim ini berakhir isinkan aku memanggilmu Kemma' dipangkas dari kata "kemarau" dan "mma" juga diambil dari kata Isma :D

    BalasHapus
  4. jiaaaaaaah... hahahahaaaaa.
    segerakan sja jika melahirkan senang bagimu, ceki.. Asal kau tersenyum sja..

    BalasHapus