Pagi tadi sudah kubuat persepakatan pada alam. Kubisikkan mantra padanya. Bukan mantra pemanggil hujan, pula bukan penangkal angin. Aku sepakat pada pagi yang alam buka dengan manis. Pun ia sepakat senyumku yang sipu padanya. Akan ada kabar gembira hari ini, bisikku.
Maka semesta menonton pertunjukanku. Runut benar lakonnya meneladaniku. Sebagaimana masa, berjalanlah ia pada putarannya.
Ah, Ada saja ihwal yang tak mampu kita rencanai.
Lalu, aku biak sebab ruah sedu. Atmosfer berubah dongkol.
Tak ingkar rupanya, sebab persepakatan kita, langit pun dongkol pada bumi.
Dongkolku seringkali berakhir ruah air mata. Sesak.
Lalu masa yang persis sama, mata langit meruahkan sedu.
Jika tak membawa payung, padulah seduku pada sedu langit. Ah mantraku salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar