Selasa, 26 Juni 2012

Miris

yang kiri sampah basah..
yang kanan sampah kering..
yang di tanah itu sampah apa yah? 
apa iya itu sampah masyarakat???

Senin, 25 Juni 2012

Mata Sendu itu


Senja di cakrawala semakin merona. Guratan indah itu tak mampu membantuku menemukan taman indah dalam setiap langkahku. Kucoba menelusuri rintihan jiwa yang telah lama hilang, mencoba menguak senyum yang telah lama sirna. Namun, tak setegar harapku, hatiku selalu rapuh. Asa yang kutanam kini telah mati, tiada lagi mata sendu yang menyiraminya ketika mulai layu. Perlahan semakin layu, layu, kemudian tak lagi bernyawa.
Mata sendu itu enggan menatapku lagi. Bagaimana bisa dia menatapku, kalau mata itu kini telah menjadi kenangan, sekedar ingatan dalam benakku. Aku selalu merindukannya, tak ada yang bisa menggantikannya, bukan hanya sendu matanya, tapi siraman kasih sayangnya yang selalu menyirami taman indah dalam jiwaku. Sudah lama aku ingin menanam benih-benih keindahan itu kembali, tapi tetap saja aku tak bisa merawatnya. Sekali layu, tak ada lagi harapan untuk bisa bangkit.
Mata sendu itu tak mungkin lagi menatapku, menyirami hariku dengan kasih sayangnya. Tangan lembutnya pun tak mungkin lagi membelai rambutku, mengusap air mataku. Tak mungkin lagi aku memeluk dan terlelap dipangkuannya.

Julia dan Luna

Kamar ini tak lagi seperti sebuah kamar mahasiswa normal. Sepertinya lebih cocok menggambarkan anak berandalan yang sama sekali tidak peduli dengan estetika. Awalnya kamarku selalu rapi, bersih, dan juga wangi. Namun sekarang sangat jauh berbeda dengan hari-hari sebelum aku mengenal kedua temanku ini, Julia dan Luna. Dua buah helm miliknya, tas dan pakaian berserakan dimana-mana, gelas dan piring berantakan, puntung rokok bertumpuk dalam asbak, dan juga asap mengepul dimana-mana.
Meskipun mereka hampir tiap hari membuat kamarku ini berantakan aku sama sekali tak pernah melarangnya untuk datang. Sehabis kuliah mereka kerap kali beristirahat di kamarku. Tak pernah kurang dari dua bungkus rokok berisikan 32 batang mereka habiskan dalam waktu 5 jam. Mereka bukan tak punya orang tua, tapi tak ada perhatian dari kedua orang tuanya. Aku mengerti apa yang membuat Julia seperti ini. Dalam sehari dia bahkan tak sempat mengucap sepatah katapun kepada orang tuanya. Ayah dan ibunya sangat sibuk dengan perusahan mereka. Mereka sering kali pulang ketika Julia sudah tertidur pulas. Padahal Julia sangat merindukan kasih sayang orang tuanya. Tapi mana sempat ayah dan ibunya mengabulkannya. Ketika Julia bangun pagi, ayah dan ibunya sudah tak berada di rumah lagi. Tak heran kalau kelakuan anaknya di luar sana tak sedikitpun dia ketahui.
Berbeda dengan Luna yang memang berlatar belakang broken home. Sejak kedua orang tuanya berpisah dia mulai bergaul dengan teman-teman berandalannya. Tapi semenjak mereka sering mampir ke kamarku, tak pernah lagi dia bertemu dengan teman-temannya.