Senin, 14 April 2014

Menunggu Suratmu

Jika boleh, aku punya satu permintaan, satu saja. 
Kala tiba hari lahirku, aku ingin sekali beroleh surat darimu, siapa pun kau yang sedang peduli dengan permintaanku. Iya, surat. Yang adalah lembaran kertas yang kau isi dengan coretan tanganmu. Tumpahan kalimat-kalimat yang sengaja kau pilih untukku. Sengaja kau letakkan di atas secarik kertas dengan tinta yang mungkin saja berwarna warni. Padahal hitam pun tak apa. Kertas lusuh pun tak mengapa.

Kau boleh membangun rumah persahabatan dalam suratmu itu. Aku akan berlapang menerimanya. Bahkan itulah maksudku memintamu mengirimkanku surat. Ceritakanlah dalam suratmu apapun yang ingin kau ceritakan padaku. Iya, apapun. 

Tak perlu kau tanya mengapa aku ingin. Aku hanya sedang merindukan perihal yang orang-orang tak lagi banyak melakukannya. Yang mungkin hanya dilakukan oleh mereka yang rela meluangkan sedikit saja waktunya untuk bercerita dengan pena. Sejenak menutup laptopnya dan meletakkan gadgetnya yang baru untuk sekadar meluangkan perhatiannya pada sepotong kertas yang kuminta. Meluangkan sedikit waktu untuk sahabat barunya, mungkin juga sahabat lamanya, dan bisa jadi selama ini sebatas sahabat mayanya. 

Kemarilah, kita kenalan. Suratmu tak akan pincang, ia akan kubalas. Setelahnya, kau tak perlu membalasnya lagi. Pada suratmu yang pertama, sudah cukup aku tahu kau peduli pada mauku. Aku akan bangga padamu, aku akan menyayangimu. Karena kita adalah sahabat setelah suratmu. Setelahnya lagi, cukuplah kita saling mengunjungi rumah kedua kita. Katakan saja dimana rumah keduamu. Kuberitahu lebih dahulu, inilah rumah keduaku, tempat bersarang cerita-ceritaku.

Aku pernah sedikit cemburu pada seorang adik yang lebih dahulu beroleh surat dari teman mayanya yang jauh. Ah, bahagia sekali ia menceritakanya padaku. Tentu saja, di saat zaman menggratiskan surat elektronik, masih ada pula orang yang rela ke kantor pos demi berkirim surat pada alamat tertuju. 

Belakangan hari, aku kerap  membawa novel yang sama kemana-mana. Tak ada hari aku lupa membukanya. Isinya tentang surat menyurat pula. Ia adalah penguat keinginanku. Berkirimlah, akan kutunggu. 

Catat alamatku (Pondok Qiabi-kamar 13, Jln Sahabat 2, Tamalanrea, Makassar). Akan kutunggu ia di hari ke-22 di bulan Mei. Dan jangan lupa, kabarkan pula alamatmu dalam surat. ^^

3 komentar:

  1. wah, sepertinya seru nih berbalas surat dengan orang baru :)

    BalasHapus
  2. wah semangatnya bagus buat membangkitkan kegiatan surat menyurat lagi.
    saya sendiri terakhir kali menggunakan jasa pos untuk mengirim barang itu sekitar 3 atau 4 tahun yang lalu.
    teknologi sekarng yang bikin males buat melakukan kegiatan kirim mengirim via pos itu..

    BalasHapus