Seharusnya ini adalah postingan bulan
Mei, yang bukan tentang kue ulang tahun dan kejutan, tapi tentang surat dari sahabat.
Hari yang nyaris selalu sibuk tak
memberikan banyak luang untuk menceritakan banyak hal di Mei dan Juni. Apa
kabarmu wahai para pengirim surat di bulan Mei?
**
Postingan April lalu tentang harapan beroleh surat di bulan Mei sebetulnya membuat sangsi. Adakah yang di hatinya terbetik keinginan untuk bersurat yang sesungguhnya? Ah, ingin saja pun itu sudah cukup. Hingga hari yang dinantikan tiba, keinginan yang menyata seumpama mencelupkan tangan ke dalam air lalu menangkap beberapa ekor ikan yang liar. Menyenangkan sekali, pasti.
Menerima beberapa pucuk surat di bulan Mei mencipta bahagia tak alang kepalang. Jika sahabat merasakannya di zaman sekarang, tentu saja ini jauh lebih membahagiakan dibandingkan menerima surat kala SMP dahulu. Pernah beroleh surat dari kakak senior kala SMP? Aku pernah.
Menerima beberapa pucuk surat di bulan Mei mencipta bahagia tak alang kepalang. Jika sahabat merasakannya di zaman sekarang, tentu saja ini jauh lebih membahagiakan dibandingkan menerima surat kala SMP dahulu. Pernah beroleh surat dari kakak senior kala SMP? Aku pernah.
Jika beroleh surat kala SMP hanya
menjadikan dongkol berkecamuk karena merasa belum cukup umur untuk beroleh
surat merah jambu, kali ini tidak, ada
kebahagiaan tersendiri melihat jenis coretan dan tinta yang berbeda – dan tentu
bukan surat merah jambu, melainkan surat sahabat dengan aneka warna.
![]() | |
Hallo Mei-22. Ini hadiah untukmu. (Surat sahabat dan beberapa balasan) |
Surat pertama tiba dari kak Echa. Untuk
kak echa yang tak membubuhkan alamat pada suratnya, terima kasih sudah
menghadiahkan lukisan bertoga, manis skali. Ingin skali aku membalas suratmu. Tapi
sepertinya dengan tak membubuhkan alamat padanya, itu adalah isyarat bahwa
suratmu tak perlu kubalas. Namun, seperti janji pada postingan sebelumnya, aku akan membalasnya. Jika
suatu saat kau berkunjung ke rumah ini, ada postingan untuk balasan suratmu.
Untuk
Arif Wicaksono dan Reski Waritza, Sahabat yang adalah sepasang pengantin baru. Isi surat dan kiriman foto dari kalian sangat membahagiakan. Dan untuk balasan yang terlambat tempo hari pun
bukan hal yang disengaja. Betapa tidak menyangka dunia begitu sempit, sungguh
cepat kita dipertemuan melalui sahabat – yang juga adalah teman kalian - tepat sebelum mengirimkan surat balasan pada kalian.
![]() |
Gambarnya bagus, meskipun kata teman hidung dan senyumnya berbeda skali dengan yang asli. |
![]() |
Ketemu Arif dan Reski padahal belum mengirimkan balasan surat. Ah, malu rasany (di Fort Rotterdam waktu MIWF) |
Untuk
Ismi, sebelum kau mengirim surat pun aku sudah menganggapmu sahabat, Ismi. Kita memang tak pernah bersepakat untuk satu kata itu, namun
semoga kita sudah pernah saling memberi gelar. Untuk suratmu yang hingga
hari ini belum menerima balasan, sangat sungkan rasanya bertemu denganmu tanpa
membawakan sepucuk surat balasan. Sementara pertemuan kita sudah sering pasca
suratmu.
Untuk
pengirim surat bertintah merah - pecinta kopi – yang sama sekali tak ingin
kuketahui siapa, suratmu lucu dan aku menyukai caramu bercerita. Balasan untukmu pun akan kusediakan pada postingan yang lain, dan
semoga kau menyempatkan diri untuk berkunjung, tentu saja ini tentang janji
yang harus kupenuhi.
Untuk
pengirim berinisial A, tentu saja kau sudah membaca suratku, semoga suatu saat akan
ada jawaban dari pertanyaan kita masing-masing. Setahun lalu adalah pertemuan tak
singkat dengan banyak cerita yang mungkin saja sampai hari ini masih bersisa
diingatan.
Dan untuk Azure – yang selalu pandai memikat melalui kata-katanya yang manis, tentu saja bahagia beroleh tulisan darimu, sayangku.
Terima Kasih, suratmu, Sahabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar