Jumat, 14 Maret 2014
Siang masih muda waktu itu. Malu-malu kulangkahkan kakiku menuju koridor jurusan. Di sana sudah bertengger beberapa orang teman seperguruan. Kupastikan jaketku terpasang dengan baik. Sengaja kugunakan agar pakaian hitam-putihku tak begitu mencolok. Namun sama saja, pakai jaket ataupun tidak aura seminar proposal memang sudah terbaca. Semalam Sudah kusebar sms ke mereka agar datang di seminar proposalku. Satu demi satu mereka berteriak. "Ciiieeeee, yang proposal!"
Tentu saja aku tersenyum. Eh tertawa malah, aku agak kurang pandai menahan kebahagiaan. Hari yang telah lama kutunda sebab menunggu film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck beredar di Youtube atau pun di indowebster. Niatku memang ingin menjadikan film ini sebagai objek penelitian, namun akhirnya merasa di-PHP begitu lama, sekitaran 2 bulan menunggu, aku menyerah dan beralih ke novel saja.
Setelah dua bulan, akhirnya aku menemukan hari ini, hari bahagia namun cemas. Ini masih sebelum aku menyimpulkan bahwa seminar proposal itu rasanya seperti nano-nano.
Kenapa seperti nano-nano?
Pertama, rasa bahagia tadi. Kedua, aku terharu sebab berhasil menyita waktu sibuknya dua sahabat manisku untuk datang memberikan dukungan. Ketiga, masih galau sebab satu dari dosen pembimbingku yang juga penguji-sekaligus PA ku sendiri, Bang Sonni tak sempat hadir. 'Mitos dibela oleh dosen pembimbing saat ujian' memang jadi senjata pamungkas mahasiswa tingkat akhir di jurusanku. Baiklah, tak apa. Masih ada pembimbing yang satunya lagi, Pak Najib. Alasan keempat dan seterusnya akan sedikit panjang.
Pertama, rasa