Hari hampir petang, sedikit lagi matahari lelap dalam peraduannya. Barisan garis jingga nampak elok memandangi nasib seorang wanita tua yang sedari tadi duduk manis di koridor kampusku. ini bukan pertama kalinya kulihat wanita tua itu. Wajah teduh dengan garis umur di wajahnya menambah pilu tatkala tiap hari ia harus menapaki sepanjang koridor kampusku. Kuperkirakan umurnya sekitar 70an keatas. Seperti orang berumur kebanyakan, postur tubuhnya tak lagi tegap. Jalannya pun sudah terlihat berat. Beban umur mungkin. Satu hal yang kusuka darinya, senyum selalu mekar di wajahnya.
Dari kejauhan kupandangi ia tengah merapikan sejumlah uang kertas yang kebanyakan uang seribuan. Sesekali, ia mengelus gulungan rambut putih keritingnya kemudian kembali menghitung uang yang dipegangnya. Mungkin ia lupa jumlah yang telah dihitungnya. Kulihat ia mengulang hitungannya selama tiga kali. Tak salah lagi, uang-uang itu adalah hasil jualan kue seharian.
Hari semakin petang, angin dingin berhembus kencang. Lalu lalang mahasiswa pun semakin berkurang. Sayangnya rintik hujan mulai menyapa. Padahal cuaca nampak aman-aman saja. Kuurungkan niat untuk pulang, lalu perlahan kudekati wanita tua itu. kulihat di kotak kuenya, masih tersisa dua potong kue bronis coklat. Kusodorkan dua lembar uang kertas dua ribuan lalu kumakan kedua potong kue itu.