Jumat, 14 Januari 2011

sang PENGEMIS

Pemuda malang,
kau ulurkan tanganmu
seraya melantunkan nyanyian sedihmu
tanda kekalahan atas kehidupanmu,
meminta demi sesuap nasi
untuk perut kosongmu,

tiadakah pilihan hidup yang lebih baik?
mungkinkah meminta adalah tawaran terakhir dari bumimu?

kudekati lalu kutanya,
"mengapa tubuhmu yang kuat memiliki jiwa yang begitu lemah?"

pemuda itu menjawab:
ketika kucari pekerjaan,
mereka menolakku karena pakaianku compang camping,
ketika kubuka pintu sekolah,
mereka mengusirku karena tanganku kosong,
mereka memang orang berlimpah yang ta peduli dengan jiwa lemah seperti kami,

yah, terkadang hidup begitu kejam bagi mereka yang telah layu semangatnya,
mengemis adalah wujud keputusasaan mereka,
tubuhnya yang masih kuat melemah karena rasa lapar yang menggerogoti,
tapi mengemis lebih manusia ketimbang mencuri, membunuh, merampok
demi mendapat kebahagiaan dunia

terkadang jiwa-jiwa sok tahu melantunkan kata hina
"mereka kuat tetapi malas"
mereka bahkan tidak tau susahnya hidup
bagi para pengemis kehidupan,
mereka hanya pandai mencemoh,
mereka pun tak mampu memberikan pekerjaan untuk melepaskan kami dari lingkar derita,
ujarnya

terkadang,
sejak fajar muncul
hingga senja menyambut malam
tak sepeserpun yang mereka genggam,
telapak tangannya masih kosong,
layaknya perutnya yang masih belum tersentuh makanan
semenjak mereka duduk di trotoar jalan

sungguh malang nasibmu,
begitu pilu hidup yang kau jalani,
terbaring di pinggiran jalan dengan beberapa potongan kardus,
terkadang harus lari sana sini
ketika keamananmu diusik petugas,
ketika pemilik rumah mengusirmu dari teras rumahnya,
tak tau lagi dimana akan kau rebahkan tubuhmu yang tak berdaya,
pilu rasanya melihat mereka meneteskan air mata,
aku pun tak tau apa yang bisa ku lakukan untuk mereka,
aku masih sosok manusia yang baru mengerti hidup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar