Pemuda malang,
kau ulurkan tanganmu
seraya melantunkan nyanyian sedihmu
tanda kekalahan atas kehidupanmu,
meminta demi sesuap nasi
untuk perut kosongmu,
tiadakah pilihan hidup yang lebih baik?
mungkinkah meminta adalah tawaran terakhir dari bumimu?
kudekati lalu kutanya,
"mengapa tubuhmu yang kuat memiliki jiwa yang begitu lemah?"
pemuda itu menjawab:
ketika kucari pekerjaan,
mereka menolakku karena pakaianku compang camping,
ketika kubuka pintu sekolah,
mereka mengusirku karena tanganku kosong,
mereka memang orang berlimpah yang ta peduli dengan jiwa lemah seperti kami,
yah, terkadang hidup begitu kejam bagi mereka yang telah layu semangatnya,
mengemis adalah wujud keputusasaan mereka,
tubuhnya yang masih kuat melemah karena rasa lapar yang menggerogoti,
tapi mengemis lebih manusia ketimbang mencuri, membunuh, merampok
demi mendapat kebahagiaan dunia
terkadang jiwa-jiwa sok tahu melantunkan kata hina
"mereka kuat tetapi malas"
mereka bahkan tidak tau susahnya hidup
bagi para pengemis kehidupan,
mereka hanya pandai mencemoh,
mereka pun tak mampu memberikan pekerjaan untuk melepaskan kami dari lingkar derita,
ujarnya
terkadang,
sejak fajar muncul
hingga senja menyambut malam
tak sepeserpun yang mereka genggam,
telapak tangannya masih kosong,
layaknya perutnya yang masih belum tersentuh makanan
semenjak mereka duduk di trotoar jalan
sungguh malang nasibmu,
begitu pilu hidup yang kau jalani,
terbaring di pinggiran jalan dengan beberapa potongan kardus,
terkadang harus lari sana sini
ketika keamananmu diusik petugas,
ketika pemilik rumah mengusirmu dari teras rumahnya,
tak tau lagi dimana akan kau rebahkan tubuhmu yang tak berdaya,
pilu rasanya melihat mereka meneteskan air mata,
aku pun tak tau apa yang bisa ku lakukan untuk mereka,
aku masih sosok manusia yang baru mengerti hidup
Jumat, 14 Januari 2011
Rabu, 12 Januari 2011
WAKTU...
Hampir semua orang mengatakan TIME IS MONEY. Tapi apa iya setiap waktu kita adalah uang?
Bukunya Awie Wang “RAHASIA SANG WAKTU” mengajarkan kita untuk tidak menerapkan istilah itu dalam kehidupan kita. Menerapkan istilah itu sama saja bahwa kita menjual semua waktu yang kita miliki. Dengan menjual waktu artinya menjual kehidupan kita. Saya lebih setuju kalimat ini “TIME IS LIFE”. Waktu adalah kehidupan. Pernah tidak kita membayangkan, orang yang menggunakan waktunya hanya untuk bekerja. Hidupnya akan selalu diliputi oleh kesibukan. Hanya kesibukan yang mereka rasakan, bahkan mereka tidak lagi mengenal indahnya kehidupan. Indahnya keluarga. Karena tidak sedikit dari mereka yang bekerja dari pagi dan pulangnya larut malam lupa akan keluarganya. Lupa akan kebahagiaan. Dipikiran mereka, mereka mencari uang untuk masa depannya, agar masa depannya bahagia. Pernahkah mereka berpikir, kapan mereka bahagia ketika semua waktunya hanya untuk uang, ketika mereka berhenti mengejar uang ketika berumur 60 tahun. Bukankah usia sekian kita sudah berbau tanah? Nah untuk masa depan bahagia seperti apa yang akan mereka rasakan dengan uang yang berlimpah di usia yang sudah berbau tanah. Menyia-nyiakan waktu berarti menyia-nyiakan kehidupan.
Sekarang atau nanti, waktu adalah penguasa tanpa batas. Waktu adalah kemutlakan. Apapun yang kita lakukan semuanya berhubungan dengan waktu. Jika tindakan anda sekarang tidak berpengaruh atau hanya berpengaruh kecil terhadap masa depan, naka tinggalkanlah tindakan itu dan mencari tindakan yang lebih berpengaruh terhadap masa depan, jangan membebani diri anda dengan tindakan yang tidak mempengaruhi masa depan anda.
Kebanyakan orang menyesal karna pada masa lampau dia tidak menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya. Masa lampau tidak perlu kita sesali. Masa lampau telah berlalu, kita tidak akan bisa mengubahnya, tetapi kita bisa mengubah masa depan kita.sekali lagi, kita tidak dapat mengubah masa lalu kita tetapi kita dapat mengubah masa depan kita.
Langganan:
Postingan (Atom)