"Orang hamil itu banyak skali pamalinya, Nak", suatu hari ibu mertuaku mengingatkan.
Kembali ke kampung halaman memang bukan berarti kembali dengan tradisi-tradisi dan kepercayaan lama yang masih kerap dijaga baik masyarakat kampung. Bukan berarti pula sepenuhnya menjauhi norma dan adat serta tradisi yang sejak dahulu dijaga. Hanya saja, memang ada hal-hal yang menurutku tidak harus ada dan semestinya diubah sejak lama, termasuk kepercayaan-kepercayaan mengenai mitos.
Sejak remaja, sepanjang ingatan baik saya, saya memang agak kurang percaya dengan mitos-mitos. Dilarang inilah, dilarang itulah. Bukan sengaja membangkang, hanya saja seringkali menurutku larangan-larangan yang ada sama sekali tidak ada hubungannya dengan akibat yang akan ditimbulkan jika dilakukan, atau secara kasar bisa dibilang tak diterima logika baik. Meskipun ada mitos yang masih bisa dibenarkan dengan sedikit menghubungkan dengan hal-hal yang lebih faedah.
Misalkan, beberapa mitos yang sejak remaja kuingat masih lekat sampai sekarang, di kampungku, dan juga di kampung suamiku rupanya. "Nak, jangan potong kuku malam-malam. Cepat meninggal orang tua." Nah loh, ini apa hubungannya? Yang menentukan ajal kita kan cuma Allah, masa iya dengan potong kuku bisa bikin orang tua kita cepat meninggal? Bahkan potong kuku atau tidak pun, sejak sebelum saya lahir saja, orang tua saya sudah punya ketetapannya sendiri dari Allah, bahwasanya ia akan meninggal di usia sekian. Namun dengan berbaik sangka, lakukan sajalah, sedikit menunda waktu buat memotong kuku, tunggu besok. Memotong kuku malam hari memang agak rawan luka kan? Bisa jadi lampu remang-remang bisa bikin kita agak belepotan dalam memotong kuku, akjirnya kesenggol sedikit, luka deh. Barangkali itu alasan tepat kenapa kita dilarang memotong kuku malam-malam. Bisa jadi.